Jumat, 03 Oktober 2014

KANKER USUS

Kurang Serat Bisa Kanker Usus
Menurut pakar gizi dari Universitas Indonesia, Dr. Walujo Soerjodibroto, Sp.G,Ph.D, sulitnya buang air besar atau yang dikenal dengan sembelit disebabkan oleh banyak hal. Kurang minum, kurang makanan berserat, tidak membiasakan diri buang air besar (BAB) setiap hari, usia semakin tua, kurangnya aktivitas fisik, depresi atau stress, kehamilan, kondisi sakit, adalah faktor-faktor penyebab sembelit.
Penelitian European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC) pada Maret 2003 mengungkap, peningkatan konsumsi serat pada masyarakat Eropa ternyata dapat mengurangi risiko pembentukan kanker usus hingga 40 persen. Penelitian ini sekaligus membantah keraguan beberapa ahli, tentang pentingnya serat sebagai zat pelindung tahap awal terhadap kanker usus. Penelitian selama hampir lima tahun ini melibatkan 10 negara, 519,978 orang responden yang berusia 25-70 tahun.
Prof. Dr. dr. Daldiyono Sp.PD., KGEH, spesialis gastroenterologi dari RS St. Carolus, Jakarta, menyebutkan bahwa saat orang makan sesuatu, sebagian makanan akan diserap tubuh. Sisa-sisa makanan yang tidak diserap tubuh akan dibuang dalam bentuk kotoran (feses). Sebelum dibuang, sisa makanan itu akan berhenti di usus besar, menunggu sisa makanan lain hingga terbentuk badan kotoran (bulk).
Jika sudah tiba saatnya, usus akan mengurutkannya (gerak peristaltik) dari atas ke bawah, hingga kotoran keluar dari anus. Saat proses mengurut berlangsung, sisa-sisa makanan yang mengandung seratakan membantu memperlancar jalannya proses pembuangan, sehingga saat BAB tidak bermasalah.
Masalah muncul bila di dalam usus kurang tersedia serat, sehingga proses pembentukan bulk agak lama. Pada orang yang jarang mengonsumsi serat, sisa-sisa makanan yang tidak terserap tubuh akan berhenti dalam usus. Akibatnya, orang tersebut akan merasa sakit dan sulit buang air besar.
“Sisa-sisa tersebut akan berhenti cukup lama sampai terbentuk bulk, sehingga usus bisa membawanya ke bawah. Jika sama sekali tidak ada atau hampir tidak ada serat, tidak akan terbentuk bulk,” kata Dr. Waluyo. Oleh karena itu, kalau kita mendengar ada orang tidak bisa BAB selama tiga hari, bisa jadi ada gangguan dalam ususnya.

ANTIBODI

Antibodi, Senjata yang Selalu Waspada
Masih ingat bocah bernama David dari Texas, yang sebelum lahir diketahui bahwa sistem kekebalan tubuhnya tidak sempurna? David bermasalah pada sumsum tulang belakang sehingga tidak dapat memproduksi limfosit. Tanpa adanya perlindungan dari sistem kekebalan tubuh, meskipun dilahirkan dengan operasi caesar yang steril, hidup dalam ruangan steril, menghirup udara steril, meminum air steril, dan memakan makanan yang steril, David hanya bertahan selama 12 tahun setelah gagal transplantasi dari kakaknya. Ilustrasi tadi memperjelas peranan penting sistem kekebalan bagi daya tahan tubuh kita.
Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar perannya bagi kesehatan, tentunya harus disertai dengan pola makan sehat, cukup berolahraga, dan terhindar dari masuknya senyawa beracun ke dalam tubuh. Sekali senyawa beracun hadir dalam tubuh, maka harus segera dikeluarkan.
Kondisi sistem kekebalan tibuh menentukan kualitas hidup. Dalam tubuh yang sehat terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya tahan tubuh terhadap penyakit juga prima. Pada bayi yang baru lahir, pembentukan sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna dan memerlukan ASI yang membawa sistem kekebalan tubuh sang ibu untuk membantu daya tahan tubuh bayi. Semakin dewasa, sistem kekebalan tubuh terbentuk sempurna. Namun, pada orang lanjut usia, sistem kekebalan tubuhnya secara alami menurun. Itulah sebabnya timbul penyakit degeneratif atau penyakit penuaan.
Tiap kali ada benda asing yang masuk ke dalam tubuh diperlukan 10-14 hari untuk membentuk antibodi. Jadi, antibodi merupakan respon terhadap gangguan dari luar dan senjata yang dibentuk oleh sekelompok prajurit limfosit B dalam sistem kekebalan. Antibodi tersusun dari protein, disebut juga sebagai immunoglobulin atau disingkat Ig, yaitu suatu serum protein globulin. Antibodi akan menghancurkan musuh-musuh penyerbu atau disebut juga antigen, seperti bakteri dan virus penyebab penyakit dengan cara mengikatkan diri pada antigen dan menandai molekul-molekul asing tempat mereka mengikatkan diri. Selanjutnya, sel pasukan dapat mebedakan dan melumpuhkannya.